وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُوْنَ اِلىَ الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِوَأُولَئِكَ هُمُ اْلمُفْلِحُوْنَ
MEMBINA DAN MENGADAKAN KADER-KADER KATIB DAN DAKWAH
KEPADA SEGENAP KHATIB DAN PENGURUS MASJID DIHARAPKAN KEHADIRANNYA SETIAP HARI JUM'AT PAGI JAM 07.00 S/D 09.00 WIB UNTUK MENGIKUTI KAJIAN KITAB ALHIKAM DAN MINHAJUL MUSLIM YANG DILANJUTKAN DENGAN SARAPAN PAGI BERSAMA DI MASJID JAMI' NURUL ISLAM JL.CIPEUCANG II KOJA JAKARTA UTARA

Selasa, 29 Desember 2009

BERJUANG TANPA AKHIR
 Ustadz H Achmad Qomaruddin, SY


 
Secara lahiriah bangsa Indonesia sudah merdeka karena terbebas dari cengkraman penjajah. Namun, tanpa disadari kita terjajah dalam masalah ekonomi, sains, dan teknologi 

KEMERDEKAAN adalah buah dari kerja keras para pejuang. Mereka telah syahid di medan perang. Karena itu, generasi penerusnya harus melanjutkan perjuangan tersebut. Generasi sekarang harus bisa mewujudkan masyarakat yang adil berkemakmuran dan makmur berkeadilan. Sehingga tercipta suatu negeri yang baldatun toyyibatun wa robbun ghafur, wa rahmatan lil ‘alamin, negara dengan kebajikan dan ampunan Allah SWT, dan rahmat seluruh alam. “Umat Islam harus bersyukur atas karunia yang diberikan Allah SWT dengan cara menjadikan bangsa yang luhur, bangsa yang besar dalam menghormati jasa para syuhada,” ujar Ustadz H Achmad Qomaruddin SY, Dewan Pembina Yayasan Al Hidayah Darussalam, Jakarta .
Berbagai kegiatan dalam menyambut kemerdekaan ini, kata Ustadz Qomar, tidak menjadi masalah sepanjang masih dalam koridor Islam. Sebagaimana pengalaman ketika dirinya masih menjadi santri di pesantren Tegalrejo, Magelang, setiap memeriahkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia mengadakan berbagai perlombaan, seperti lomba membaca kitab kuning.
Sedangkan yang berkaitan dengan kemasyarakatan pesantren mengadakan kegiatan bakti sosial, salah satunya memerbaiki saluran air yang tidak mungkin dikerjakan sendiri oleh masyarakat. “Hal ini sebagai wujud bakti para santri terhadap lingkungannya. Kampung di sekitar pesantren terlihat menjadi asri. Apalagi pesantren merupakan lembaga yang sangat penting bagi pemerintah dalam kemashlahatan lingkungan,” kata mubaligh yang lahir 2 Juli 1961 itu.
Yang terpenting, lanjutnya, kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam memeriahkan kemerdekaan ini tidak dilakukan secara hura-hura, apalagi dengan kondisi bangsa Indonesia yang tengah menghadapi cobaan tentu diperlukan sikap kearifan. Selain itu, perlu juga diadakan kegiatan dzikir nasional sebagai bentuk rasa syukur, di samping berdoa agar bangsa Indonesia diberi kekuataan dalam menghadapinya.
Menurutnya, dengan memerbanyak dzikir diharapkan bisa diberikan solusi agar bisa keluar dari masalah. Bangsa Indonesia perlu melakukan introspeksi diri karena sebagai bangsa belum layak menepuk dada. Para pemimpin juga harus betul-betul mengemban amanah dengan sebaik-baiknya, dengan mengelola kekayaan alam ini dengan profesional sehingga cita-cita para terdahulu bisa terwujud. “Memang semua orang butuh materi untuk keperluan hidupnya, tapi bukan dengan cara menghalalkan segala cara yang dapat merugikan rakyat,” tandasnya.
Ustadz Qomar mengutip firman Allah, QS Al Maidah ayat 2 yang artinya, ”Dan bertolong tolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat doa dan permusuhan.”
Ditegaskan, dalam membangun suatu bangsa diperlukan hubungan baik dua pilar, yakni ulama dan umara. Sebab keduanya itu memiliki kekuatan dan pengaruh yang besar dalam mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara lahiriah, tambah Ustadz Qomar, bangsa Indonesia sudah merdeka karena terbukti bebas dari cengkraman negara asing. Namun dalam bidang yang lain kita masih terjajah, secara tidak disadari terjajah dalam masalah ekonomi, sains, dan teknologi. “Sebagai bangsa kita masih belum bisa mandiri yang sebenarnya,” pungkas pengurus Badan Khutoba Jakarta Utara ini.
Ustadz Qomar menegaskan, bangsa Indonesia belum terlambat untuk berbenah diri untuk ber-muhasabah, dalam arti berusaha secara lahir tapi jangan lupa melupakan secara bathin, berikhtiar di samping bertawakal. Tidak boleh seseorang mengutamakan yang satu, tapi mengabaikan yang lain. Berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan negeri ini lebih maju secara materi. Namun tidak boleh lupa untuk berdoa. Sebab pada hakekatnya Allah SWT yang menentukan segalanya. Siapa pun yang secara kebetulah dan ditakdirkan dipilih untuk mengelola jadilah pemimpin yang amanat. Kita bisa belajar dari bangsa lain yang sudah maju. m husaini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar